Jumat, 25 Oktober 2013

Empat Anak Aceh Berkunjung ke Lokasi Tsunami di Otsuchi, Jepang (November 2011)



Tanggal 14 s/d 23 November 2011. Empat anak Aceh, Nyakti Mardalena (16 tahun), Noera Nadia (18 tahun), Ahmad Mukmal (14 tahun), Yulda Pratidina(16 tahun) dan 2 orang pendamping Abdullah Madya (42 tahun) selaku pimpinan/penasehat LCO(Lost Children Operation) dan Eva Mutya Dewi(28 tahun) selaku guru bahasa inggris di Kougetsu School di undang ke Jepang untuk kunjungan persahabatan oleh PAC Jepang, dana yang di keluarkan ialah dari donatur pemerintah Aceh dan pihak PAC jepang. Di sana mereka di ajak untuk mengunjungi tempat-tempat penting seperti ke kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo, ke kantor Gubernur Iwate di Sendai, ke kantor Bupati Osuchi, ke kantor Konsulat Indonesia di Osaka, dan tempat-tempat penting lainnya.
Pengalaman yang sangat seru adalah ketika anak-anak Aceh mengunjungi sekolah-sekolah darurat di Otsuchi. Otsuchi adalah lokasi yang cukup parah di Jepang yang diterjang oleh tsunami bulan maret silam. 26 Desember 2004 yang lalu, Aceh juga di kejutkan oleh bencana yang dasyat yaitu gempa dan gelombang tsunami, telah menelan korban sekitar 200.000 jiwa. Tidak pernah di sangka ternyata bencana serupa terjadi juga di Otsuchi, Jepang. Memahami perasaan para korban yang mengalami hal serupa, empat anak Aceh mengunjungi sejumlah sekolah di sana untuk menghibur dan berbagi penglaman. Kunjungan tersebut berlangsung hari Jumat (18/11/2011) pada pagi hari yaitu sekolah SD (4 kelas) dan sekolah SMP (4 kelas). Empat anak Aceh  tersebut pertama mengira akan menemukan muka sedih dari wajah para murid di sekolah tersebut, ternyata apa yang terjadi mereka malah menyambutnya dengan senyuman dan sangat antusias. Dalam sesi pertemuan, ke empat anak Aceh menyanyikan lagu Indonesia Pusaka dan para murid sekolah tersebut juga menampilkan nyanyian Jepang mereka. Tidak lupa juga anak Aceh memberikan banner yang berisi tanda tangan para anak Aceh yang merupakan korban tsunami juga. Kemudian, anak Aceh  diajari melukis shodo (kaligrafi). Ke empat anak Aceh tersebut sangat bersyukur sekali karena di beri kesempatan untuk berkunjung ke lokasi Tsunami di Jepang. Ini merupakan pengalaman yang sangat luar biasa bagi mereka.



Kemudian, pada malam hari rombongan dari Aceh di sambut oleh welcome party oleh penduduk setempat di salah satu rumah sementara para pengungsi. Keempat anak Aceh tersebut menampilkan tarian kreasi khas Aceh dan sejumlah nyanyian Jepang yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Sekitar 50 penonton dari warga setempat, terlihat kagum, dan antusias menyaksikan penampilan dari keempat anak Aceh tersebut. Keesokan harinya, Nyakti Mardalena, Ahmad Mukmal, Yulda Pratidina dan Pakwa di undang ke lapangan bola untuk bermain bola bersama tim klub Junior Otsuchi. Bagi anak Aceh, ini permainan bola paling seru, karena ini kesempatan yang sangat luar biasa bisa bertanding bola dengan mereka. Sedangkan Noera Nadia bersama pendamping Eva Mutya Dewi tetap berada di rumah penginapan untuk memasak nasi goreng khas Aceh untuk anak-anak kelompok pembaca Otsuchi. Ternyata mereka sangat menyukai sekali nasi goreng buatan anak Aceh tersebut  sehingga beberapa kali tambah.
Kunjungan keempat anak Aceh tersebut di akhiri di Osaka yaitu dimana mereka  diberi kesempatan untuk menikmati setiap wahana di Universal Studio Japan (USJ). Menurut mereka, ini adalah pengalaman paling seru selama mereka berada di negeri sakura tersebut. Dan mereka berharap suatu saat bisa kembali menikmati setiap wahana tersebut. Kunjungan keempat anak tersebut, di sponsori oleh Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) Lost Children Operation (LCO). Awalnya LSM ini membentuk tim pencari anak hilang saat bencana tsunami yang terjadi di Aceh. Kemudian di tahun 2005, LCO memberikan sejumlah bantuan dan dukungan bagi anak-anak yatim piatu dan korban tsunami Aceh, serta mendirikan sekolah Kougetsu School yaitu kelas bahasa inggris dan kelas bahasa jepang di kabupaten Aceh Besar.  

**Nyakti Mardalena**

1 komentar:

  1. Semangat Nyakti :D Luar biasa sudah ke Jepang.
    Oh ya, kamu nulis dari sudut pandang orang ketiga jamak (mereka). Akan lebih menarik kalo dari sudat pandang orang pertama tunggal (saya/aku). Lagian ini kan pengalaman Nyakti, jadi tulis saja pake saya/aku, lebih bebas untuk mengekspresikan diri.

    BalasHapus