Sabtu, 21 Desember 2013

Yuk Keep Smile! (Senyum Bagian dari Ibadah)

Senyum adalah ekspresi indah yang memancarkan kecantikan sejati. Senyum memang tidak susah untuk di ekspresikan. Namun sayangnya, kebanyakan orang sudah jarang sekali memancarkan kecantikan yang sejati itu. Mungkin karena terlalu mahal harganya. Sehingga timbul rasa pelit untuk bersedekah dengan cara menebar senyuman. Padahal kita semua tahu bahwa senyum itu memiliki banyak manfaatnya dan sama sekali tidak merugikan satu sama lain. Kalau pun ada yang tersenyum, mungkin senyum palsu kali ya.
Menurut sejumlah informasi dan artikel yang saya baca terdapat banyak manfaat dari tersenyum, misalnya seseorang itu dapat memancarkan suatu kebahagiaan yang tidak kita ketahui, membuat tubuh merasa lebih sehat, memancarkan aura positif, menjadikan make up yang paling indah, berbagi kebahagian dengan orang lain, dan masih banyak manfaat yang lainnya.
Itu hanya beberapa saja manfaat yang saya paparkan. Jika ingin tahu banyak hal tentang manfaat tersenyum, maka sering-sering lah tersenyum kepada orang yang ada di sekeliling kita. Seperti yang kita ketahui bahwa senyum itu sedekah dan menjadikan bagian dari ibadah. Berdasarkan hadist riwayat HR. Tarmidzi dan Ibnu Hibban:  Dari Abu Dzar ra, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” 
Melalui senyum, kita bisa merasakan kehangatan dan kebaikan hati orang lain. Wajah yang tersenyum sudah pasti lebih menyenangkan dibanding wajah-wajah murung. Bahkan wajah yang sering mengekspresikan diri dengan tersenyum hidupnya akan lebih lama, karena senyum itu obat mujarab untuk awet muda.
Tahukah anda dengan seseorang tersenyum dapat meramalkan seseorang itu di masa depan. Contohnya saja kita akan tahu bahwa masa depan kita akan lebih baik, merasa bahagia dan pastinya akan timbul rasa percaya diri terhadap apa saja yang ingin kita kerjakan suatu saat. Dengan kita tersenyum maka tak perlu susah payah berkeliling dunia untuk berbagi kebahagiaan.
Merasa bahagia? Tersenyumlah! Tapi ingat, tersenyumlah disaat anda memang ingin tersenyum. Jangan pula kita tersenyum kepada hal yang tidak seharusnya. Apalagi senyum-senyum sendiri, nanti malah disangka tidak waras. hehehe

**Nyakti Mardalena**

Sabtu, 07 Desember 2013

Butiran putih itu salju!


Ini adalah sepenggal pengalamanku, pengalaman yang mungkin biasa-biasa saja, namun begitu luar biasa bagiku. Kira-kira saat itu adalah hari kedua aku berada di negeri matahari terbit atau negeri sakura, sebutan untuk negara yang beribukota Tokyo tersebut. Sepenggal kisahku ketika sedang dalam perjalanan menuju kota Otsuchi. Kota yang berada di arah utara negara Jepang dimana kota itu mengalami musibah tsunami  terparah sepanjang tahun yang terjadi pada bulan maret tahun 2011 silam.
Tak sabar jari-jari tanganku ingin bercerita tentang sepenggal kisah itu. Siang itu, seusai menyantap makan siang di kota Tokyo, tepatnya di Times Squere. Tempat yang begitu luas dan besar serta gedungnya tinggi mencakar langit dan sama sekali belum pernah kujumpai di negeriku Indonesia. Aku dan rombongan langsung beranjak menunjuk ke stasiun bus. tempatnya tak begitu jauh, hanya memerlukan waktu 15 menit saja untuk sampai disana dengan berjalan kaki. kami akan melakukan perjalanan ke arah utara negeri sakura itu. Sepertinya perjalanannya cukup jauh, "kira-kira akan menghabiskan waktu sekitar 8 jam". Begitu kata salah satu pemandu kami.
Dalam bus, aku melihat para penumpang yang semuanya bermata sipit. Aku sempat bingung melihat mereka yang hampir semuanya mirip satu sama lain, ini mungkin karena aku belum sering melihat orang jepang secara banyak sekaligus. Para penumpang yang di dalam bus itu tidak berhenti menatap ke arah kami. Aku sempat grogi dibuatnya. Mungkin karena asing melihat orang seperti kami yang mengenakan kerudung, Apalagi  mereka melihatnya secara langsung dan mungkin juga mereka penasaran mengapa ada kami yang mungkin kelihatan asing dalam bus ini.
Aku duduk di bangku baris ketiga dari arah depan. bersyukur aku dapat tempat duduk dekat dengan jendela bus. dengan itu aku bisa melihat seluk-beluk dari arah kanan bus itu. Setelah semuanya beres. Bus pun berangkat. Tak begitu cepat melajunya. Melewati setiap sudut kota tokyo. Aku melihat orang-orang tokyo yang begitu sibuk melangkah setiap hentakan kakinya. Tak satu pun dari mereka yang berjalan pelan, tidak seperti jalanya sepasang pengantin. Mereka terlalu mementingkan waktu. Sepertinya tak sedetik pun terbuang begitu saja. Gedung-gedung yang menjulang tinggi membuat mataku terbelalak dengan keindahan sudut kota tokyo. Gedung-gedung yang berjajar begitu rapi dan toko-toko yang berdiri teratur tertata rapi. Bus terus berjalan melaju kearah luar kota tokyo. Kini lajuannya sudah sedikit cepat. Karena jalan yang di lewati adalah jalan antar kota.
Aku tak ingin melewati setiap tatapanku. Ini adalah kesempatan ku melihat indahnya negeri sakura itu. Tapi sayang, ternyata tak sadar aku tertidur sekitar dua jam dalam perjalanan. Ketika terbangun aku merasa sangat kesal. Pasti banyak daerah-daerah dan kejadian-kejadian yang indah sudah terlewat dan aku tak sempat melihatnya. Uhh. yang sudah terjadi biarlah terjadi. Aku berharap mudah-mudahan daerah yang akan dilewati selanjutnya adalah daerah yang tak kalah menariknya.
Bus terus berjalan. Melaju begitu kencang. Seolah-olah tak ada kendaraan lain di jalan itu. Jalan yang ramai di penuhi oleh kendaraan umum dan kendaran pribadi. Berjalan melewati penggunungan yang tinggi dan ditumbuhi pepohonan nan hijau. Walaupun jalan melewati pegunungan, tapi jalannya sama sekali tak berkelok atau bertikungan. Karena jalannya menembus bawahan gunung. Makanya jalan tak berkelok. Apalagi rusak. Tak ada sama sekali.
Ketika itu musim dingin. Tapi belum turun salju karena masih awal  musim dingin. Hmm ingin rasanya menggenggam butiran salju. Tak terlalu kupikirkan hal itu yang penting aku bisa menapakkan kaki di negara ini sudah lebih dari cukup. Dan akan ku ceritakan semua kegiatanku disini sama teman-temanku di aceh.
Gunung demi gunung pun terlewati. Tanpa sadar aku melihat butiran-butiran putih yang bertaburan di lereng penggunungan. Aku membuka mata lebar-lebar. "Oh tenryata butiran-butiran putih itu salju!". Langsung secara spontan kami serombongan dari aceh berteriak senang melihat salju yang sebelumnya belum pernah kami lihat secara langsung. Apalagi menyentuhnya. Rupanya mendengar teriakan kami. Salah satu pendamping meminta kepada orang yang memandu kami untuk memberhentikan bus itu sejenak. Guna untuk turun sebentar melihat salju yg ada disitu serta berfoto-foto.
Busnya pun berhenti. Tanpa ada instruksi, kami langsung keluar dari bus tersebut. Aku langsung menyebrang jalan yang diselimuti oleh sedikitnya butiran-butiran salju. Tanpa ku sadari tanganku langsung menjulur dan menggenggamnya. Terasa begitu lembut. Tapi aku tak sanggup mengenggamnya lama-lama karena tangannku yang sudah sangat dingin dan merah dan tak ada rasa lagi ketika aku menggengganya. Aku sempat mengabadikannya dengan berfoto-foto. Dan aku juga sempat menjilat sedikit butiran-butiran putih itu. Rasanya sama seperti es yang ada dalam freezer lemari es.
Kami pun dapat instruksi untuk segera  kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan ke Otsuchi. Mungkin sekiatar 2 jam lagi sampai. Bus langsung melanjutkan kembali perjalanannya. Aku melihat butiran salju menempel di sepanjang pegunungan itu. Aku sangat puas bisa menggenggam salju itu walaupun hanya sebentar. Rupanya saljunya baru saja turun di daerah pegunungan tersebut, maka dari itu saljunya belum tebal. Di pegunungan selanjutnya tak terlihat butiran-butiran itu lagi. Tak sabar ingin kuceritakannya kepada teman-temanku tentang cerita ini pada mereka di tanah air. Aku teringat ketika aku sebelum berangkat ke jepang. Teman-temanku sempat berpesan untuk tidak lupa membawa oleh-oleh berupa salju.
Akhirnya kami tiba di Otsuchi. Jam menunjukkan jam 4 sore. Tapi suasananya sudah hampir gelap seperti suasana magrib. Tiba-tiba salah satu orang jepang yang merupakan satu rombongan dengan kami memberikan sebuah botol kecil kepadaku. Aku mengambilkannya dan segera membuka tutupnya. Ternyata di dalamnya terdapat salju yang sudah sedikit mencair. Dia berkata kepadaku. "Oleh-olehku untukmu, tolong dibawa pulang". Serentak semua orang tertawa kegirangan sambil menatap lucu ke arah mukaku yang sedang memegang botol kecil itu. "Bagaimana mau bawa pulang? belum beberapa jam saja sudah mencair", pikirku sambil tertawa.


**Nyakti Mardalena**